Feb 9, 2012

"Aku Enggak Punya Pulsaaa..." Tapi, Kok Pakai Logat Korea?

“Jangan tinggalin aku, laaa….” Pinta seorang cowok. "Apa susahnya ngomoong..? SMS enggak pernaaah… Telepon enggak pernaaah…” keluh si cewek. “Aku enggak punya pulsaaaa….” jawab si cowok lagi. Keduanya jelas berbicara bahasa Indonesia. Tapi kenapa memakai logat Korea?
TUJUAN utama sebuah produk ber-iklan, entah di TV, radio atau media cetak, untuk meningkatkan awareness masyarakat sekaligus meningkatkan penjualan produk itu. Namun tak jarang jargon atau kalimat iklan sebuah produk menjadi tren dan kerap dipakai dalam percakapan sehari-hari.
Sejak stasiun TV swasta bermunculan di era 90-an, sejak itu pula produk atau perusahaan di Indonesia ramai-ramai membuat iklan TV alias TVC. Di zaman itu juga sudah ada beberapa iklan yang memorable. Ingat Elma Theana jadi petugas loket tol dalam sebuah iklan produk vitamin dan berkata dengan intonasi genit; “Xon-Ce-nya mana?”. Atau almarhum Basuki yang membintangi iklan obat masuk angin dengan jargon “Bablas Angine”. Setelah Basuki meninggal, Indra Bekti yang didapuk sebagai bintang iklan produk itu juga mengucapkan jargon serupa.
Tak mudah menciptakan jargon dalam iklan yang bisa menjadi tren. Jangankan tren, banyak jargon iklan yang berlalu begitu saja. Tanpa membuat orang aware, apalagi menirukan. Saat ini mungkin iklan sebuah produk kartu GSM yang paling sering Anda dengar, atau Anda gunakan dalam percakapan sehari. Kalimat “Apa susahnya ngomoong…? SMS enggak pernah… Telepon enggak pernah” tak hanya bisa didengar di iklan itu.
Beberapa pelawak kerap mengucapkan kalimat ini dalam acara sketsa komedi. Seorang peserta pemilihan dai muda di sebuah TV swasta juga menirukan kalimat ini saat sesi penjurian dakwah. Sebenarnya apa yang membuat iklan ini begitu mudah dihafal dan kerap ditirukan dalam kehidupan sehari-hari? Ada beberapa faktor.
Pengucapan pasangan kekasih dalam iklan ini terdengar unik dan langsung nyantol di otak. Mungkin sebagian orang akan bertanya, “kenapa ngomongnya begitu ya?” Tapi bagi Anda yang suka menonton drama atau film Korea dengan bahasa asli (bukan dubbing), tentu tahu bahwa iklan ini merupakan parodi drama Korea. Ya, logat yang mereka gunakan meniru logat Korea. Makanya terdengar asing bagi telinga kebanyakan masyarakat Indonesia. Cara perempuan mengucap “Telepon enggak pernah… SMS enggak pernah” itu setipe dengan gaya bicara karakter utama perempuan dalam banyak serial Korea bergenre komedi romantis.
Hal ini diperkuat dengan gaya busana dan riasan 2 “tokoh utama” dalam iklan ini. Keduanya sama-sama berwajah Oriental. Rambut si perempuan diwarnai pirang. Si laki-laki memakai kaos berbalut vest (rompi). Keduanya bertengkar di bawah hujan deras dengan ilustrasi musik berupa dentingan piano yang romantis. Setelah Sule muncul menawarkan solusi kartu telepon murah, iklan beralih ke adegan Sule menari-nari bersama beberapa anak muda plus 1 ibu-ibu. Ilustrasi musik pun berubah menjadi rancak, ala-ala K-Pop yang mengusung aliran musik dance. Liriknya pun bukan “As”, tapi “A-Se”. Mungkin karena orang Korea tidak bisa mengucap “As”
Anehkah jika iklan ini mengusung konsep parodi drama Korea? Tidak. Justru agensinya sadar saat ini hiburan Korea memang sedang mendunia. Indonesia pun terserang demam Korean wave. Stasiun TV Indosiar menyediakan slot siang-sore setiap weekdays untuk memutar 3 judul drama Korea dengan genre berbeda-beda. Pada hari Sabtu-Minggu, stasiun TV ini memutar acara musik Korea.
Penyanyi Korea pun terus datang ke Indonesia. Entah menggelar konser, jumpa fans, mengisi acara ultah stasiun TV, atau sekadar menghadiri pembukaan gerai perbelanjaan.Selain konsep unik dan tema Korea yang memang sedang booming, “konflik” yang ditawarkan dalam iklan ini lekat dengan “problematika” sehari-hari. Bukan problem semua orang sih. Tapi lebih pada problem anak sekolah yang duduk di bangku SMP atau SMA.
Anak seusia ini, mayoritas belum bisa mencari uang sendiri. Uang untuk beli pulsa masih minta orangtua. Tapi di sisi lain, usia remaja ini waktunya mereka untuk eksis, tampil, dan mulai pacaran. Komunikasi paling praktis ya, pakai telepon dan SMS. Pantang bagi mereka tidak bisa balas SMS atau telepon karena kehabisan pulsa.
Bukannya sekarang zamannya Blackberry, sehingga tak perlu SMS? Blackberry mungkin sudah jadi hal yang umum dimiliki anak sekolah di Jakarta atau kota besar lainnya. Tapi di sub-urban, atau di daerah, belum semua anak sekolah punya Blackberry. SMS masih menjadi fitur favorit untuk berkomunikasi. Kalau enggak punya pulsa, ya enggak bisa SMS atau telepon gebetan. Kalau sudah begitu, ya siap-siap menghadapi kalimat “SMS enggak pernah… Telepon enggak pernah”.
Telkomsel sebenarnya memiliki beberapa produk kartu GSM. Tapi memang cuma Kartu As yang sejak awal dikampanyekan “telepon dan SMS murah”. Sementara produk lainnya, lebih menonjolkan kecepatan internet atau kemudahan fasilitas roaming di luar negeri.
TVC Enggak Punya Pulsa agaknya dirasa cukup sukses. Terbukti saat ini muncul versi kedua dengan tema Aku Sudah Punya Pulsa. Di mana sang cowok kini sudah bisa menelepon pacarnya yang diketahui bernama Kimmy. Padahal, TVC kartu GSM ini bukan yang pertama memarodikan drama Korea. Sebuah iklan tablet obat batuk yang sampai saat ini masih tayang juga mengusung konsep serupa. Namun efeknya kurang terasa. Well, selain iklannya jarang muncul, sakit batuk bukanlah problematika sehari-hari. Tidak mungkin seseorang setiap hari sakit batuk dan minum obat, kan?
Sama halnya dengan sinetron, kalau suatu TVC sukses mayoritas bakal dimunculkan versi selanjutnya. Kira-kira akan muncul berapa versi ya TVC parodi Korea ini?

sumber : http://berita.plasa.msn.com/wow/tabloidbintang/article.aspx?cp-documentid=5840004

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berikan komentar anda ...!